Selasa, 21 Oktober 2014

Arti Dari Penantian

Pengorbanan Raka

Pada saat itu raka menlangkah tertatih di kolidor sekolah, menahan sesak yang teramat menyakitkan di dadanya. dengan membawa sebatang bunga mawar putih kesukaan tania ia melangkah, kolidor yang amat terang kini mulai memudar... pandanganya tak sekuat mawar yang ia gengam...

    menurut dokter indra sebaiknya hingga minggu esok ia tak di perbolehkan untuk sekolah.hanya canda tania yang ia harapkan, tegur dan sapanya yang ia nanti. dan rangkulanya di saat raka mulai tertatih. arlojinya telah berdetak berpacu dengan denyut jantungnya. setelah ia menahan seluruh sesak di dada kini upayanya telah sirna, seakan waktu ikut menaburkan bunga di sela nafasnya. mawar yang ia gengam mulai ia kepal kuat-kuat. apa yang ia harap kini tania hamburkan. dalam benakya ia befikir apakah ini hal yang terlalu berlebihan untuk di inginkan. hembusan nafasnya mulai memacu, peluh-peluh mulai terurai dari raganya. hembusan angin mengalahkan kedipan di sela matanya, mungkin penantianku telah habis ujar dari relung hatinya. perlahan tapi pasti langkahnya memperlahan di kolidor yang sepi seakan menyayikan lagu perpisahan. seiring hembusan nafas ia rasakan, roh dalam tubuhnya terangkat dari jasatnya. di iringin dengan lantunan langkah tapi tania yang mulai memasuki kolidor sekolah, tubuh raka mulai terlunglai di atas ubin yang dingin dan kaku, langkah kaki tania mengebu dan matanya seolah tak lepas dari raka, ekor matanya seakan tak putus melihat mawar kesukaanya dari raka dan selembar surat kecil goresan raka, apa boleh buat yang kini di sadari tania telah tiada guna. raka mulai kembali meningalkan nafasnya di iringi dentuman tangisan tania yang mulai menderas....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar